Jumat, 07 Maret 2014

Petualangan Masa Sekolah

Oleh: John Kia

Kicauan burung saling barsahutan satu dengan yang lain seolah-olah ingin membangunkan si boca dari lelap tidurnya. Seiring dengan kicauan burung dapat   membangunkan Rofina dari lelap tidurnya seketika itu juga dan ia tak lupa membangunkan adiknya yang masih lelap tidur.  "Bonsu…Bonsu…. ayo bangun,   sudah siang  cepat mandi kita nanti terlambat ke sekolah.“ Kata Rofina sambil menyiapkan sarapan pagi!

Seketika itu juga bangunlah Bonsu dari tidurnya  sambil mengusap kedua bola matanya yang tak ingin pisah satu dengan lainnya karena rasa ngantuk. Dengan pandangan yang sayup Bonsu turun dari tempat tidur sambil memegang  ember yang kosong untuk mengambil air dibawah pohon kelapa hasil tadahan air hujan. Sesudah mandi,  singkong rebus yang disiapkan oleh Rofina telah dihidangkan diatas keneping ( tempat tidur terbuat dari belahan bambu ) untuk sarapan  pagi keduanya untuk ke sekolah.  Bapa, mama, kakak Nogo dan Liwa masing-masing sibuk dengan tugas rutinitasnya sehari-hari.
Hujan  gerimis terus menerus mengiringi perjalanan kedua kakak beradik untuk menimbah ilmu pengetahuan di SDK II Lewoleba. Kaki tak beralaskan sendal namun melangkah dengan pasti seolah-olah Bonsu menggunakan sebuah sepatu boot sebagai penghancur duri bidara dan ilalang yang menjadi penghalang perjalanan kedua bersaudara ini ke sekolah. Sehelai kain sarung yang melingkar di tubuh, di  tangan kiri  Bonsu memegang sebuah ranting kayu untuk mengebas embun pagi yang menyatu dengan daun. Seandainya embun adalah bagian dari diriku, maka ia akan berkata jangan ganggu kami. Begitu pula butiran hujan yang tak hentinya turun dari langit oleh karena musih hujan yang berkepanjangan.

Sementara itu di tangan kanannya dipegangnya sehelai daun pisang sebagai penutup kepala pengganti payung  mengiringi perjalanan kedua kakak beradik  dengan  dendangan lagu yang sambil bersiul :  

Lamahora  taman indah dan permai ,tanah tempat aku menuntut ilmu, sampai akhir jaman aku di sini demi menuntutilmu.

Itu adalah sepenggal bait lagu yang selalu didengungkan sebagai semangat dalam menempu perjalanan yang  sangat melelahkan. Perjalanan dari kebun Mukuone Lamahora ke SDK II Lewoleba butuh waktu satu setengah jam berjalan kaki, karena jarak yang ditempuh lebih dari lima kilo meter. Situasi ini berlangsung sejak Bonsu duduk di kelas I sampai kelas IV SD hingga akhirnya, ada  kabar yang menggembirakan datang dari kepala Lingkungan Lamahora Barat yakni, Bapak Yakobus Wita bahwa, tahun 1981 akan dibangun sebuah sekolah Inpres  dengan nama SDI Lamahora hingga saat ini.
Setelah sekolah dibangun Bonsu akhirnya pindah ke SDI Lamahora dengan mengulang lagi dari kelas tiga karena buku Laporan Pendidikan tidak dapat diambil dengan alasan uang sekolah belum lunas yakni sebesar Rp. 150 sebagai administrasi sekolah. Kakak Rofina melanjutkan hingga tamat di SDK I Lewoleba.
Dalam benakku semua pasti mengatakan aku memang bodoh, itu benar namun aku senang karena bisa diterima tanpa buku laporan dan dapat mengulangi pelajaran kembali. Akhirnya  Bonsu tamat di SD Inpres Lamahora  tahun 1984 angkatan kedua.  Sungguh melelahkan karena perjalanan setiap hari  pergi dan pulang kurang lebih sebelas kilometer.
Bonsu besyukur karena dalam masa dua tahun sekolahnya sudah dekat dan itu sangat menggembirakan bagi disaat usiaku yang masih kecil. Namun pada akhir perjalanan pendidikanku di Sekolah Dasar berakhir, kini memasuki Sekolah Menengah Pertama maka, aku akan mengulanginya kembali pendidikanku dikala saat aku di kelas I dan  IV SDK II Lewoleba.
Semua perjalanan pendidikan ini harus tetap aku jalani diimbangi dengan usiaku dan juga teman-teman yang semakin banyak. Saat menimbah pendidikan di Sekolah Menengah Pertama yang jaraknya tidak terlalu jauh karena perjalanan pergi dan pulangnya sekitar delapan kilo meter.
Yang ada dalam benak  Bonsu saat itu adalah keingin untuk tahu dan juga keinginan untuk memperoleh pendidikan. Kedua adalah aku tidak mau diejek oleh temen-teman karena bodoh. Dengan semangat walau jarak sekolah dan tempat tinggal yang sangat jauh serta juga melelahkan tidak menjadi penghalang bagiku dalam menimbah ilmu pengetahuan.
Semua ini juga adalah berkat dorongan kedua orang tuaku,  dimana dalam pesannya: "Kamu jangan hanya  kamu bersyukur  dikala kamu lagi senang atau pun gembira, namun kamu juga harus bersyukur apabila  kamu mengalami hidup susah ataupun kamu gagal,oleh karena kedua bagian ini tidak dapat dipisahkan, ibarat sebuah koin sebelahmenyebelah yang selalu bergantungan namun keduanya beda."

Ada sebuah pengalaman yang menggembirakan yang tidak pernah Bonsu lupakan, ketika masih duduk dibangku sekolah dasar tepatnya kelas III saat  itu. Pada liburan sekolah,  bersama teman-teman kami sepakat untuk berburu rusa dan babi hutan yang selalu mengganggu tanaman di kebun kami. Kami akhirnya  berangkat keluar masuk hutan seharian untuk memasang jerat.

Setelah semua jerat terpasang ada sekelompok orang dengan menggunakan anjing akhirnya  ada segerombolan rusa yang lewat. Teman sebayaku badannya lebih besar dan tinggi, sehingga kuberitahu bahwa kamu yang harus panah rusa itu. tetapi ia balik berkata, "mone le e" ( kamu saja ). Tidak menunggu lagi langsung aku mengendap di balik pohon dan membidikan panah. Bidikan panahku tidak meleset dari sasaran langsung tertancap di bolamata, dengan teriakan kia bala gone. Selang tak lama rusa berlari dan terjerat kamipun pulang dengan gembira membawa hasil buruan.**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar