Kicauan
burung saling barsahutan satu dengan yang lain seolah-olah ingin membangunkan si
boca dari lelap tidurnya. Seiring dengan kicauan burung dapat membangunkan
Rofina dari lelap tidurnya seketika itu juga dan ia tak lupa membangunkan
adiknya yang masih lelap tidur. "Bonsu…Bonsu….
ayo bangun, sudah siang cepat mandi kita nanti terlambat ke sekolah.“ Kata Rofina sambil menyiapkan sarapan pagi!
Seketika itu juga bangunlah Bonsu dari tidurnya sambil mengusap kedua bola matanya yang tak ingin pisah satu dengan lainnya karena rasa ngantuk. Dengan pandangan yang sayup Bonsu turun dari tempat tidur sambil memegang ember yang kosong untuk mengambil air dibawah pohon kelapa hasil tadahan air hujan. Sesudah mandi, singkong rebus yang disiapkan oleh Rofina telah dihidangkan diatas keneping ( tempat tidur terbuat dari belahan bambu ) untuk sarapan pagi keduanya untuk ke sekolah. Bapa, mama, kakak Nogo dan Liwa masing-masing sibuk dengan tugas rutinitasnya sehari-hari.
Seketika itu juga bangunlah Bonsu dari tidurnya sambil mengusap kedua bola matanya yang tak ingin pisah satu dengan lainnya karena rasa ngantuk. Dengan pandangan yang sayup Bonsu turun dari tempat tidur sambil memegang ember yang kosong untuk mengambil air dibawah pohon kelapa hasil tadahan air hujan. Sesudah mandi, singkong rebus yang disiapkan oleh Rofina telah dihidangkan diatas keneping ( tempat tidur terbuat dari belahan bambu ) untuk sarapan pagi keduanya untuk ke sekolah. Bapa, mama, kakak Nogo dan Liwa masing-masing sibuk dengan tugas rutinitasnya sehari-hari.
Hujan gerimis terus menerus mengiringi perjalanan
kedua kakak beradik untuk menimbah ilmu pengetahuan di SDK II Lewoleba. Kaki
tak beralaskan sendal namun melangkah dengan pasti seolah-olah Bonsu
menggunakan sebuah sepatu boot sebagai penghancur duri bidara dan ilalang yang
menjadi penghalang perjalanan kedua bersaudara ini ke sekolah. Sehelai kain
sarung yang melingkar di tubuh, di tangan
kiri Bonsu memegang sebuah ranting kayu untuk
mengebas embun pagi yang menyatu dengan daun. Seandainya embun adalah bagian dari
diriku, maka ia akan berkata jangan ganggu kami. Begitu pula butiran hujan yang
tak hentinya turun dari langit oleh karena musih hujan yang berkepanjangan.
Sementara itu di tangan kanannya dipegangnya sehelai daun pisang sebagai penutup kepala pengganti payung mengiringi perjalanan kedua kakak beradik dengan dendangan lagu yang sambil bersiul :
Lamahora taman indah dan permai ,tanah tempat aku menuntut ilmu, sampai akhir jaman aku di sini demi menuntutilmu.
Itu adalah sepenggal bait lagu yang selalu didengungkan sebagai semangat dalam menempu perjalanan yang sangat melelahkan. Perjalanan dari kebun Mukuone Lamahora ke SDK II Lewoleba butuh waktu satu setengah jam berjalan kaki, karena jarak yang ditempuh lebih dari lima kilo meter. Situasi ini berlangsung sejak Bonsu duduk di kelas I sampai kelas IV SD hingga akhirnya, ada kabar yang menggembirakan datang dari kepala Lingkungan Lamahora Barat yakni, Bapak Yakobus Wita bahwa, tahun 1981 akan dibangun sebuah sekolah Inpres dengan nama SDI Lamahora hingga saat ini.
Sementara itu di tangan kanannya dipegangnya sehelai daun pisang sebagai penutup kepala pengganti payung mengiringi perjalanan kedua kakak beradik dengan dendangan lagu yang sambil bersiul :
Lamahora taman indah dan permai ,tanah tempat aku menuntut ilmu, sampai akhir jaman aku di sini demi menuntutilmu.
Itu adalah sepenggal bait lagu yang selalu didengungkan sebagai semangat dalam menempu perjalanan yang sangat melelahkan. Perjalanan dari kebun Mukuone Lamahora ke SDK II Lewoleba butuh waktu satu setengah jam berjalan kaki, karena jarak yang ditempuh lebih dari lima kilo meter. Situasi ini berlangsung sejak Bonsu duduk di kelas I sampai kelas IV SD hingga akhirnya, ada kabar yang menggembirakan datang dari kepala Lingkungan Lamahora Barat yakni, Bapak Yakobus Wita bahwa, tahun 1981 akan dibangun sebuah sekolah Inpres dengan nama SDI Lamahora hingga saat ini.
Setelah
sekolah dibangun Bonsu akhirnya pindah ke SDI Lamahora dengan mengulang lagi
dari kelas tiga karena buku Laporan Pendidikan tidak dapat diambil dengan
alasan uang sekolah belum lunas yakni sebesar Rp. 150 sebagai administrasi sekolah.
Kakak Rofina melanjutkan hingga tamat di SDK I Lewoleba.
Dalam
benakku semua pasti mengatakan aku memang bodoh, itu benar namun aku senang
karena bisa diterima tanpa buku laporan dan dapat mengulangi pelajaran kembali.
Akhirnya Bonsu tamat di SD Inpres
Lamahora tahun 1984 angkatan kedua. Sungguh melelahkan karena perjalanan setiap
hari pergi dan pulang kurang lebih
sebelas kilometer.
Bonsu
besyukur karena dalam masa dua tahun sekolahnya sudah dekat dan itu sangat
menggembirakan bagi disaat usiaku yang masih kecil. Namun pada akhir perjalanan
pendidikanku di Sekolah Dasar berakhir, kini memasuki Sekolah Menengah Pertama
maka, aku akan mengulanginya kembali pendidikanku dikala saat aku di kelas I
dan IV SDK II Lewoleba.
Semua
perjalanan pendidikan ini harus tetap aku jalani diimbangi dengan usiaku dan
juga teman-teman yang semakin banyak. Saat menimbah pendidikan di Sekolah
Menengah Pertama yang jaraknya tidak terlalu jauh karena perjalanan pergi dan
pulangnya sekitar delapan kilo meter.
Yang
ada dalam benak Bonsu saat itu adalah
keingin untuk tahu dan juga keinginan untuk memperoleh pendidikan. Kedua
adalah aku tidak mau diejek oleh temen-teman karena bodoh. Dengan semangat walau
jarak sekolah dan tempat tinggal yang sangat jauh serta juga melelahkan tidak
menjadi penghalang bagiku dalam menimbah ilmu pengetahuan.
Semua
ini juga adalah berkat dorongan kedua orang tuaku, dimana dalam pesannya: "Kamu jangan hanya kamu bersyukur dikala kamu lagi senang atau pun gembira, namun kamu juga harus bersyukur apabila kamu mengalami hidup susah ataupun kamu gagal,oleh karena kedua bagian ini tidak dapat dipisahkan, ibarat sebuah koin sebelahmenyebelah yang selalu bergantungan namun keduanya beda."
Ada
sebuah pengalaman yang menggembirakan yang tidak pernah Bonsu lupakan, ketika masih duduk dibangku sekolah dasar tepatnya kelas III saat itu. Pada liburan sekolah, bersama teman-teman kami sepakat untuk
berburu rusa dan babi hutan yang selalu mengganggu tanaman di kebun kami. Kami
akhirnya berangkat keluar masuk hutan
seharian untuk memasang jerat.
Setelah semua jerat terpasang ada sekelompok orang dengan menggunakan anjing akhirnya ada segerombolan rusa yang lewat. Teman sebayaku badannya lebih besar dan tinggi, sehingga kuberitahu bahwa kamu yang harus panah rusa itu. tetapi ia balik berkata, "mone le e" ( kamu saja ). Tidak menunggu lagi langsung aku mengendap di balik pohon dan membidikan panah. Bidikan panahku tidak meleset dari sasaran langsung tertancap di bolamata, dengan teriakan kia bala gone. Selang tak lama rusa berlari dan terjerat kamipun pulang dengan gembira membawa hasil buruan.**
Setelah semua jerat terpasang ada sekelompok orang dengan menggunakan anjing akhirnya ada segerombolan rusa yang lewat. Teman sebayaku badannya lebih besar dan tinggi, sehingga kuberitahu bahwa kamu yang harus panah rusa itu. tetapi ia balik berkata, "mone le e" ( kamu saja ). Tidak menunggu lagi langsung aku mengendap di balik pohon dan membidikan panah. Bidikan panahku tidak meleset dari sasaran langsung tertancap di bolamata, dengan teriakan kia bala gone. Selang tak lama rusa berlari dan terjerat kamipun pulang dengan gembira membawa hasil buruan.**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar