Jumat, 07 Maret 2014

Petualangan Tukang Bangunan

Oleh: John Kia

Semenjak  menyelesaikan pendidikan pada  Sekolah  Menengah  Atas  ada keinginan untuk melanjutkan sekolah di Perguruan Tinggi, keinginan terus terpendam dalam hati disaat melihat teman-teman sekelas dengan semangat yang berapi-api untuk melanjutkan study ke Perguruan Tinggi,   apalah  dayaku karena aku seorang Petualangan Kampung dan tidak mungkin semua keinginanku itu akan tercapai. Namun ada satu harapan  yang ada dalam hati disaat kumeruningi, bagi manusia semua  itu tidak mungkin namun bagi Allah semuanya itu mungkin.  Sepenggal kalimat  ini selalu ada dalam hatiku  membuat aku selalu berusaha untuk mengubah nasib hidup ini, entah sampaikap aku selalu berharap dan terus berharap.

Kesempatan pertama yang kucoba untuk mengubah nasib  adalah keinginan untuk menjadi  Seorang Polisi dan aku ikut  sampai pada tingkatan penentuan akhir,  namun gagal dikarenakan tidak punya uang sebanyak tiga juta  rupiah waktu itu. Tiga juta  thn 1990 yang diminta oleh oknum panitia penerimaan polisi  aku seolah-olah tak berdaya lagi. Aku juga sempat masuk TNI Angkatan Laut dan aku rasa ini benar-benar murni dalam seleksi masuk.  Dari 900 orang lebih  yang ikut tes pada akhirnya tinggal 5 orang yang lolos ke Surabaya  sedangkan aku  dan seorang  teman gagal dalam penentuan terakhir.
Keinginan untuk menjadi se orang Polisi/TNI sudah terkubur dalam disebakan usia sudah memasuki tahun ke 22 yang persyarata  pertama  akupun mengucapkan sayonara, ini bukan nasib atau jalan hidupku, aku sudah berusaha sekuat kemampuan.

Aku juga  putuskan untuk meninggalkan jalanan sebagai seorang loper koran yang selama ini kugeluti dan mencoba hal-hal yang baru yan akan menjadi bekalku nanti. Timbullah dalam benak kesempatan pertama sudah tidak mungkin akan kembali dan kini akan datang kesempatan yang berikut, seandainya  aku  tetap  bertahan dengan perkerjaanku maka aku tidak akan punya keahlihan  sedikit walaupun itu suatu pekerjaan kecil dimata semua orang.  Pada akhirnya kujual semua langganan  koran  pada teman yang bersedia membeli dengan harga tiga raatus ribu rupiah sebagai   modal untuk memulai  suatu pekerjaan baru yakni sebagai kulih bangunan.

https://www.globallshare.com/id/1649513.html
Mendengar  ungkapan  kulih  bangunan tentunya  sesuatu hal yang dikerjakan dengan kekuatan tenaga atau pekerjaan  berat.  Inilah pilihan hidup yang sudah aku putuskan dan akan aku jalankan, dengan suatu harapan kecil  yakni agar bisa membuat rumahku sendiri di kampung disebabkan  bayar tukang  cukup mahal ini motifasi saya saat itu.  Pilihan sudah aku putuskan  kini hanya tinggal kenangan selamat tinggal jalanan, selamat tinggal prempatan jalan Colmera disanalah kudipacu dengan waktu untuk  mencari dan mendapatkan yang kuingikan  hingga menyelesaikan sekolahku dan kini  aku akan memulai dari awal apakah aku bisa jalankannya nanti ?  Tepatnya  tanggal 23 Juni 1991 kutinggalkan kota Dili dengan mengendarai sebuah mobil Dam Truk  bermuatan bahan bangun yang diambil dari Toko Jaya Sontoso. Sambil duduk diatas tumpukan bahan bangunan bersama teman-teman yang baru kukenal saat itu, kami saling berkenalan  satu dengan yang lain ada: Okto, Lius, Nadus, Eman, Laus, dan Abdulah. Perjalannan kami dari kota Dili menuju kearah timur  yakni , Lospalos  ibu kota Kabupaten Lautem menjadi tempat tujuan kami . Kami menempu perjalanan kurang lebih empat setengah jam lamanya dan akhirnya kamipun tiba sekitar jam sembilan malam, disebabkan karena   kendaraan yang kami gunakan mengalami kerusakan as roda belakang diakibatkan kelebihan muatan. Kami akhirnya menginap disalah satu rumah warga yang bersedia menampung kami  karena losmen di tempat itu tidak ada. Keesokan harinya kami  melanjutkan pencarian tempat yang akan dibangun yakni Asrama TNI AD  Batalion 745 Sampada Yudhabakty. Kami dianatar oleh petugas piket dan menunjukan lokas  tempat untuk dibangun tempat penginapan kami. Bersama teman-teman sambil bergotong royong  membuat membokar semua bahan bangunan yang kami bawa.  Saat itu juga kami semua langsung membangu tempat  untuk ditempati, namun setelah semua pekerjaan  itu hampir selesai  kami disuruh pindah lagi dari tempat  itu.  Waduh,  sudah hampir selesai ko, disuruh pindah lagi tanpa ada rasa belas kasihan,  nasib-nasib jadi orang kecil begini sudah sama seperti bola yang ditendang kesana kemari,  kamipun berkemas dari tempat itu dan pindah kelokasi baru sesuai kemauan para pemiliknya.
Keesokan harinya setelah sarapan pagi Bapak Pit Koban sebagai kepala tukang,  membagi tugas pada kami semua yang berjumlah  lima belas orang. Kami semua langsung ketitik lokasi  bangun yang berjumlah  enam tempat dan semua dilakukan setiap hari.

Setelah semua tugas dan pekerjaan dilakukan sebagaimana biasanya aku mulai merasakan  betapa beratnya pekerjaan itu , namun dengan tekat aku ingin mencoba untuk belajar  dari satu pekerjaan  yang aku rasa bisa kukerjakan. Selama  satu bulan lamanya aku  focus pada  pekerjaan  pemasangan pondasi dan akhirnya aku bisa melakukannya dan gajipun sudah ditambahkan sebagai seorang  pembantu tukang dengan gaji dua ribu lima ratus rupian yang sebelumnya hanya seribu lima ratus rupiah. Pada saat material  untuk bagian batu habis disini aku mulai beralih kebagian kayu yang kuanggap lebih sulit sehingga kumnita pada kepala tukang kayu  agar bisa aku bantu. Darisini aku sudah dipercayakan untuk bisa membantu semua pekerjaan  yang dianggal belum  beres sehingga  cepat selesai.  Aku merasa senang  karena apa yang belum pernah kubuat ternyata sudah ada hasil yang baik  dan inilah yang menjadi harapan  dalam hidupku  jka ada kemauan maka  semuanya pasti bisa dilakukan.
Semua pekerjaan ini kami lakukan hingga empat bulan lamanya dan ini adalah awal yang baru buat aku dalam menyelesaikan tugas-tugas yang akan datang  dan akirhnya kami kembali ke Dili dengan penuh kegembiraan.
Aku bangga karena sudah lulus dalam pendidikan sebagai seorang tukang bangunan  dan dipercayakan lagi untuk menangani satu tugas baru yakni yakni membangun Kantor SAMSAT Dili dan pada akhirnya rumah yang aku idamkan kubangun sendiri selama satu tahun tujuh bulan oleh karena tukang dan pengawas diambil alih oleh JK. Terima kasih Tuhan karena engkau mau memberikan satu keahlihan yang kecil ini buat aku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar