Jumat, 07 Maret 2014

Petualangan Tukang Koran

Oleh: John Kia

Koran - koran - koran


Untuk memenuhi kebutuhan hidup diri yang serba tidak menentu yang kualami di Timor Timor oleh sebab keadaan ekonomi, akhirnya kuterpaksa mengambil suatu keputusan yang menurutku itu baik. Keputusan itu tidak mengurangi tujuan utama yang membawaku ke Timor Timur, yakni untuk melanjutkan pendidikan.  Semua  itu  aku alami dan kurasakan disaat memasuki pertengahan tahun pelajaran pertama,  ketika aku tidak punya uang untuk membayar angkutan umum dan juga untuk membiayai sekolahku.

Dalam situasi seperti itu aku bingung dan putus asah karena saat itu ada ulangan mata pelajaran Biologi, tetapi uang sepeser pun aku tak punya. Aku pergi ke sekolah dengam berjalan kaki. Tepat jam 11.00 aku sudah pamitan dari rumah karena  jarak yang kutempuh  untuk sampai ke sekolah tidak bedah  ketika aku masih di bangku Sekolah Dasar.

Dalam perjalanan ke sekolah ada teman yang mengajak untuk sama-sama naik angkot , namun aku menjawab masih ada urusan jadi kawan duluan saja.  Dalam hati ada keinginan untuk ikut  bersama  jika aku ada uang untuk bayar ongkos angkot. Aku melanjutkan perjalanan ke sekolah dengan harapan jangan sampai terlambat karena ulangan hari itu aku harus ikut, karena sudah kupersiapkan untuk memperoleh hasil yang baik.
http://www.sfi4.com/15579494.1101/FREE
Ketika sampai di dekat sekolah ada suara  terdengar yang  memanggil, “John….John,   sini dulu aku mau nitip surat sakit hari ini aku nga ke sekolah“  kata teman sekelas namanya Nanik.  Aku menghampiri dan mengambil surat yang dipegangnya sambil ia berkata ,  “Ko,  kamu tidak naik angkot .”  Jawabku,  “Aku tidak punya ongkos   hari ini ada ulangan Biologi sehingga kuputuskan untuk berjalan kaki . “
Aku pamitan ya, nanti terlambat, namun ia berkata tunggu sebentar, sambil berjalan  kedalam kios. Tidak lama kemudian ia keluar dan memegang  sesuatu  sambil berkata, ini buat kamu bukan berarti aku membayar karna membawa surat aku namun,  ini untuk ongkos angkut   saat kamu pulang jadi jangan ditolak ya. Aku dengan ucapkan terima kasih  atas pemberiannya,  sambil berkata jika permberiannya ikhlas  aku terima karena aku tidak usah dikasihani. Sambil tersenyum ia berkata,  cepat sana nanti kamu terlambat. Aku pun bergegas pergi meninggalkannya dengan rasa haru.

Dari peristiwa itu akhirnya aku temukan seseorang yang sedang menjajakan koran saat pulang sekolah bersama teman-teman sambil nongkrong di emperan pertokoan, tepatnya di Colmera Dili. Sambil melihat-liahat dalam hati aku bertanya apa aku juga bisa lakukan  ini?  Jika ia bisa kenapa  aku tidak untuk melakukan ini.

Sekembali ke rumah  bayangan ini selalu menghantui. Seandainya memasuki tahun ajaran baru  nanti tentunya sekolahnya pagi hari, maka ini akan menjadi suatu hal yang baik buat aku untuk bisa melakukan ini. Namun tugas utamaku tetap kujalankan karena ini adalah tujuan utama aku datang ke sini, kota Dili. Apa kata orang tua dan kakak di kampung  jika mendengar  aku berheti sekolah.  Apa kata teman-teman  jika mereka tahu bahwa   aku seorang penjual /loper koran.

Entalah yang penting bahwa yang aku lakukan itu adalah sesuatu  hal yang  tidak merugikan atau menyusahkan orang lain, itu adalah hal yang baik. Niatku ini akhirnya  kuuturakan pada kakak iparku dengan harapan mudah-mudahan  keinginanku diterima  sehingga bisa membantu diriku.  Akhirnya kuberanikan diri untuk menyampaikan niatku ini dan dengan senang hati kakak iparku menerima, namun dengan harapan  semua tugas harian di rumah dan juga tugas utama untuk belajar jangan sampai terbengkelai  apa lagi tidak naik kelas.

Dengan senang hati  aku mendengarkan semua ucapan kakak iparku karena apa yang kukhawatirkan  terjawab sudah. Itu berarti kakak ipar mengizinkan aku untuk berjualan koran sedangkan  kakak laki pasti tinggal mengiakan saja. Akupun berjanji  padanya dengan tekad semua tugas akan  aku jalankan dengan baik  entah pekerjaan di rumah maupun tugas belajarku, aku juga tidak akan mengecewakan  kakak dan semua orang yang aku sayangi.

Keesokan harinya aku menemui pemilik koran sebelum berangkat sekolah dan mengutarakan niatku dan aku diterima. Namanya agen Harian Kompas itu adalah Petrus Hale.   Dengan senang hati iapun menerima  permintaanku  lalu  ia balik bertanya: “Kapan kamu mulai jualan”. Jika Bapa menghendaki maka sehabis pulang sekolah aku bisa ambil untuk jualan.” Jawabku. Iapun setuju namun  berpesan jika boleh carikan langganan sehingga tinggal diantar kerumah-rumah saja biar waktu belajar kamu tidak terganggu.  Dan bayarannya satu exemplar  untuk Kompas,  Rp 300 dipotong  Rp 50 untuk upah kamu, sedangkan Jawa Pos,  Rp 200 dan dipotong Rp 50, sedangkan  langganan sebulan untuk Kompas Rp. 10.000 perbulan dipotong  Rp. 1000 untuk upahmu dan  Jawa Pos,  Rp 8.500 perbulan dipotong Rp 1000 untuk upahmu”   demikian kata Bapak Petrus Hale sambil menarik sebatang rokok.
Tugas kini sudah didepan mata tinggal bagaimana  melakukannya  dengan cara dan juga tanggung jawab yang sudah dipercayakan. Tepat tanggal 19 Desember 1987 pekerjaan itu aku jalankan!

Koran…………Koran………..beli Koran……..pa, beliKoran……….bu……inilah awal dari perjuangan  demi  memenuhi kebutuhan hidup walau  semua ini dianggap hina namun bagiku adalah suatu hal yang mulia.
Aku mulai belajar dari pengalaman hidup ini dengan penuh kebahagian dan penuh canda dan tawa bersama teman-teman seperjuangan dengan berbagai kendala yang kujumpai dilapangan  hingga Lulus dari SMAN I Dili  pada akhir Mei 1990. Uang yang aku terima sangat berarti dan sedikit demi sedikit kusimpan sebagai bekal  jika suatu waktu nanti aku keluar dari kelompok kecil itu. Langganan Kompasku saat itu 169 orang dan Jawa Pos  85 orang,  sedangkan Koran Surya  45 orang dan Bali Post ada 31 orang sedangkan yang kujual ada 25 exemplar.  Lumayan juga buat bayar uang sekolah dan kebutuhan sehari-hari. Sedangkan uang  pemberian teman saat aku ke sekolah dengan berjalan kaki  tidak pernah kulupakan dengan mentraktirnya sebagai balas budi baiknya. Terima kasih  buatmu semua terutama  sahabatku Nanik. Tuhan akan membalas kebaikanmu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar