Jumat, 07 Maret 2014

Si Petualang Masuk Kantor

Oleh: John Kia

 “ John…..John…..mau ikutan daftar tidak, ada pembukaan Tes masuk Kantor ”,  kata Dinis Pires Mendez  sambil memegang  sebuah map kusut berwarna merah.  “Tidak pa Pegawai“, kataku, sambil melanjutkan pekerjaan pembangunan  toko Sarina di Colmera Dili. Sekembalinya dari tempat bekerja  kumembayakan perkataan teman tadi dan memutuskan untuk mencoba  ikut mengadu nasib, siapa tahu bisa lolos dalam ujian tes nanti.   Akhirnya setelah mandi aku kerumah teman dan menanyakan kebenaran informasi  tentang pembukaan tes masuk Kantor yang ia kabarkan. Sesampai di rumahnya belum kutanya spontan ia berkata,  “Penutupan pendaftaran tinggal tiga hari lagi, jika kamu mau segera siapkan berkas untuk daftar, ini contohnya.” kata Dinis sambil tertawa.  Akupun  membaca  dan mencatat semua persyaratan yang sudah ia dapat.  Keesokan harinya  sambil membawa semua persyaratan  dalam sebuah map dan terus ke tempat kerja dan mememui  Nisan  sambil berkata, “Teman, hari ini aku minta izin mau masukan lamaran di Kantor Departemen Agama karena penutupan pendaftaran tinggal dua hari lagi". Kata Nisan padaku, “ O, ia jika sudah beres baru kesini lagi untuk kita sama-sama lanjutkan kerjaan.”  Dengan demikian aku pun bergegas ke Kantor yang jaraknya tidak jauh dari tempatku bekerja  sebab lokasinyapun ada di Colmera.

Sesampai di sana ternyata sudah banyak orang yang menunggu di ruangan Kantor, namun petugas Panitia Penerimaan Pegawai belum datang karena harinya masih pagi. Sambil menunggu petugas  Panitia tidak lama berselang datang juga Dinis dan dari jauh ia memanggil:  “John , mari kita  ke Kantor Dep. Naker untuk urus Kartu kuning dulu.”  Jawabku, ” Aku sudah punya Dinis.”
Setelah petugas Panitia Penerimaan Pegawai tiba kami akhirnya berdesak-desakan  untuk antrian mengambil nomor urut sebagai bukti saat dipanggil untuk memasukan semua persyaratan. Kata teman-teman disampingku dengan dialeg Tetumnya, “ ita ne hansa iha Hospita simu ai moruk sa ne,” ( kita ini sepertinya di rumah sakit ambil obat saja) sambil     mengusap keringat yang mengalir dari keningnya.

Kini tiba giliranku dipanggil untuk memasukan semua persyaratan, lama Petugas Panitia memeriksa semua berkas  satu-persatu  dan akhirnya sebuah kertas kecil bertuliskan  No. Pendaftaran 305 disodorkan dari balik loket dengan pesan,  “Ini kertas jangan sampai hilang dan nanti tanggal 28 Oktober 1992 kamu ke GOR untuk ikut ujian tulisan,“ kata Petugas Panitia padaku. Sambil menerima secarik kertas dari Petugas Panitia dengan ucapan, “Obrigado maun bot,” sambil melangkah keluar dari himpitan orang-orang yang ada di sekitarku.
Sambil menunggu untuk mengikuti Tes aku berkumpul bersama teman-teman untuk melanjutkan perkerjaan pembangunan toko Sarina.  Dan pada akhirnya tibalah saat yang telah ditentukan untuk Tes, dan kami semua berkumpul di Gedung  Olah Raga Dili dengan jumlah peserta kurang lebih enam  ratusan orang yang mendaftar dengan kuota 35 orang yang diterima.  Dengan kategori: SD, SMP,  3 orang, SMA/K  24 orang dan Sarjana  8 orang.

http://gurudepag1.blogspot.co.id/
Tepatnya  tanggal 19 Nopember 1992  jam 18.00, dari corong Kantor RRI Dili dalam sebuah berita pengumuman kelulusan Calon Pegawai Negeri Sipil dengan perasaan yang tidak menentu aku coba mendengarkan berita ini. Pada saat nama-nama dibacakan dengan kategori masing-masing dan akirnya tiba pada tingkatan SMA/K yang kudengar adalan nomor satu dengan nomor peserta 305 lima atas nama Yohanes Kia. Aku hanya berdiam diri dengan perasaan haru bertetaskan air mata aku sudah lulus.  Apa ini benar aku sudah lulus? Lama aku terdiam sambil berdiri aku berkata  pada kakak ipar, “Aku telah lulus Tes Pegawai kakak.“ Jawab kakak ipar, “Syukur pada Tuhan Bonsu, kamu sudah diterima ini adalah jalan  hidupmu jadi bersiap-siaplah untuk kamu jalankan dengan penuh rasa tanggung jawab,” demikian katanya dengan rasa haru bercampur  gembira.
Pada tanggal  4 Desember 1992 kami semua yang lulus dalam ujian tulisan dipanggil untuk melengkapi semua persyaratan dan mengikuti salah satu bagian lanjutan tes yakni Psikotes di Kantor Korem Dili. Giliranku dipanggil dan mengisi semua formulir yang telah disiapkan dan ada satu pertanyaan yang ditanyakan oleh petugas padaku yakni,  “Menjadi seorang Pegawai Kantor Departemen Agama  acara apa yang kamu sukai  pada acara di TVRI, dengan spontan aku menjawab,  “ Mimbar Agama.” Kata petugas kamu boleh pulang kamu telah lulus mudah-mudahan kamu jalankan dengan rasa tanggung jawab demi kepentingan Bangsa dan Negara.  Sedangkan  salah seorang teman yang tadinya mengajakku untuk ikut daftar juga lulus dan giliran untuk mengikuti Psikotes memakan waktu cukup lama yakni sekitar dua jam lamanya.  Sambil berjalan pulang ia berkata aduh susah sekali ini pertanyaan Petugas Psikotes  tanya bolak-balik sampai keringat pikirnya biasa saja. 

Dan pada tanggal 12 Desember 1992 semua berkas  persyaratan diperiksa kembali di Kantor Departemen Agama selanjutnya dikirim ke Jakarta untuk diproses NIP, sementara itu petuga Panitia mengucapkan selamat pada kami semua yang lulus dengan ucapan, “Selamat bergabung bersama kami pada Kantor Departemen Agama,  jika Nota Persetujuan sudah ada  kami akan dipanggil kembali untuk proses selanjutnya.”  Kata bapak Teotoni Da Silva selaku Ketua Panitia Penerimaan Pegawai tahun 1992. Kami akhirnya membubarkan diri dan kembali ke rumah masing-masing dengan sebuah harapan yang pasti yakni sebagai seorang Abdi Negara dan Abdi Masyarakat.

Dalam masa penantian aku tetap melanjutkan tugas sebagaimana biasanya sebagai seorang Tukang Bangunan dan pada tanggal 8 Januari 1993 aku kembali ke Kampung halaman dengan penuh harapan untuk menemuai orangtua serta  sanak keluarga yang kutinggal pergi selama ini.

Semenjak di kamupung halaman aku membantu Bapa dan Mama serta kerabat keluarga untuk memperbaiki rumah yang sudah tidak layak dengan sebuah keterampilan yang aku miliki. Pada akhirnya berita gembira pun datang  dari Dili agar segera melaksanakan tugas baru pada Kantor Departemen Agama di kota Maliana Kabupaten Bobonaro  sebagai seorang Pegawai Negeri. Setelah menerima kabar ini akupun  berkemas untuk kembali ke Dili dengan penuh sukacita dari keluarga dan kerabat di kampung halaman.***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar